ACEH NEWS- Persatuan guru seluruh Indonesia provinsi (PGSI) Aceh menyampaikan dunia pendidikan di Tanah Rencong kerap dijadikan kambing hitam oleh sejumlah oknum yang memiliki kepentingan politik.
Pernyataan itu disampaikan Oleh ketua PW Persatuan guru seluruh Indonesia (PGSI) Aceh Muhammad Mabrur pada Selasa 13 Desember 2022.
“Kami tidak ingin melihat adanya oknum-oknum yang berpolitik dan berkepentingan sehingga pendidikan di Aceh menjadi kambing hitam,” ujar Muhammad Mabrur
Selama ini, dikatakannya, Dinas Pendidikan Aceh, telah bekerja maksimal dalam memajukan pendidikan di Tanah Rencong. Para siswa yang bersekolah di daerah terpencil, kini mulai tersentuh perhatian dinas terkait.
“Sekarang pemerataan pendidikan di Aceh itu terlaksanakan sehingga harus mengapresiasi,” katanya.
Menurutnya, membangun pendidikan di Aceh harus dengan kesadaran masing-masing dan tidak selalu membicarakan mutu yang rendah, serta tuding-menuding mengenai pendidikan.
Terlebih banyaknya pernyataan-pernyataan hoaks mengenai pendidikan yang beredar.
Selain itu, pendidikan di Aceh disampaikan, telah memberikan dampak positif dengan mencetak pelajar yang berprestasi serta menginginkan pula untuk hilangkan hoaks mengenai dunia edukasi.
Muhammad Mabrur malah mengatakan selama di pimpin oleh bapak Alhudri, Disdik Aceh banyak meraih prestasi
Contoh nya, Paskibraka, Marching band, Paduan suara Aceh itu tiga tiga nya bisa ikut memeriahkan acara di Istana negara .
Tahun tahun sebelumnya pernah tidak? Tidak ada. Inikan prestasi .” Katanya.
Selanjutnya, kata Muhammad Mabrur, terdapat 30 Pelajar yang mendapatkan penghargaan karena berprestasi, baik itu di bidang olahraga hingga olimpiade.
Lalu SBMPTN, ujarnya, tahun lalu peringkat delapan secara nasional dan tahun ini juga peringkat delapan .
Begitu juga SNMPTN, dimana tahun lalu peringkat lima, tahun ini juga peringkat lima nasional .
Maka dari itu ketua PW PGSI Aceh Muhammad Mabrur Mengatakan menolak kritik atau masukan dari manapun terhadap pendidikan Aceh, akan tetapi sampaikanlah kritik secara objektif disertai data data yang akurat, bukan hanya cuap cuap belaka , sehingga tidak mendiskreditkan pendidikan Aceh.
Kemudian Muhammad Mabrur mengatakan, bahwa selama ini pendidikan Aceh kerap dipolitisasi oleh orang-orang yang punya hasrat kekuasaan, namun upaya-upaya untuk memperoleh kekuasaan tersebut mengorbankan jerih para guru dan tenaga pendidik, serta tutup mata terhadap prestasi terhadap siswa-siswi di Aceh.
“Karena itu kami menolak politisasi pendidikan Aceh untuk kepentingan pragmatisme dengan mengabaikan pencapaian pendidikan Aceh,” tegasnya.