ACEH NEWS- Bulan Ramadan tidak terlepas dengan wisata kuliner khas berbuka puasa.
Diantaranya ada bubur pedas dan bubur kanji rumbi yang menjadi andalan kuliner berbuka puasa oleh Jajanan Berbuka khas Aceh milik Rosmalina.
Rosmalina yang asli dari Aceh Tamiang telah membuka usaha kuliner berbuka puasa ini sejak tahun 2005 yang hanya dibuka saat bukan Ramadan untuk menu khas Aceh dan Melayu.
Ia menuturkan bahwa dalam bubur pedas dan bubur kanji rumbi menjadi favorit warga Medan dalam berbuka puasa.
Keduanya dijual dengan harga Rp 15 ribu untuk masing-masing menu.
“Ciri khas jajanan untuk buka puasa ini yaitu bubur pedas dan bubur Kanji Rumbi yang merupakan ciri khas Melayu dan Aceh yang kita jual. Untuk harga perbungkusnya kita jual Rp 15 ribu, tapi yang lainnya rata-rata dengan harga Rp 13 ribu,” ujar Rosmalina, Rabu (29/4/2020).
Hal yang spesial dari bubur pedas milik Rosmalina ini yaitu, hampir semua bahan dan rempah-rempah dibawa langsung dari Aceh untuk menjaga kekhasan menu yang ditawarkan.
“Di bubur pedas ini ada 44 bahan rempah-rempat terutama dari berasnya sendiri. Nah, untuk rempah-rempahnya ini seperti daun Sikentut, daun Buas-buas, dan daun Tapak Leman yang kebetulan tidak ada di Medan jadi semua bahan-bahannya ini saya kirim dari Aceh Tamiang. Setiap dua hari sekali saya bawa itu daun rempah-rempah untuk kita oleh disini (Medan),” ujar Rosmalina.
Kuliner berbuka khas Aceh milik Rosmalina terletak di Jalan Setia Budi tepatnya di pelataran parkir Setia Budi Salon milik Rosmalina.
Selain bubur pedas dan bubur kanji rumbi, kuliner ini menyajikan beragam menu seperti es koteng, es pisang raja, serabi, dan yang tak kalah populer ada mie kocok khas Aceh Tamiang.
Rosmalina mengungkapkan bahwa mie kocok yang ia jual seharga Rp 15 ribu ini sangat khas Aceh dengan memesan langsung bahan utama seperti mi dari Aceh.
“Kami juga menjual mi kocok, ciri khas Aceh karena kebetulan saya lahir di Aceh Tamiang dan saya juga ada buka usaha di Jalan Setia Budi ini. Kebetulan mienya ini kita bawa langsung dari Aceh, tidak dari Medan. Karena untuk cita rasanya mienya itu berbeda. Kita order langsung dari Kuala Simpang,” ungkap Rosmalina.
baca juga:Rujak Serut Aceh Mami Cut, Kuliner Ramadan Khas Aceh yang Cocok Sebagai Menu Diet
Usaha kuliner berbuka yang sudah berjalan 16 tahun ini, menurut Rosmalina sudah memiliki pelanggan tetap mulai dari kota Medan hingga di luar Medan.
“Kalau untuk pelanggan sudah sampai luar kota, seperti kota Binjai, Lubuk Pakam, ataupun Tebing Tinggi. Mereka kadang beli sampai 10 bungkus agar bisa simpan di freezer karena jauh, jadi 10 hari sekali kalau sudah habis mereka kembali lagi,” terang Lina.
Saat bulan Ramadan, Rosmalina menuturkan bahwa dalam sehari usaha kuliner berbuka khas Aceh miliknya mampu menjual 500 porsi bubur pedas dan 200 porsi untuk bubur kanji rumbi Aceh.
Dalam mengerjakan semua menu ini, Rosmalina tidak sendiri.
Selama Ramadan, ia mempekerjakan total 25 anggota untuk membantu usaha kulinernya ini.
“Untuk mengelolanya kita beramai-ramai. Di rumah, kita bekerja ada sekitar 15 orang. Yang di rumah tetap di rumah, yang jualan tetap jualan jadi tidak bercampur. Alhamdulillah disini kita dapat membantu mempekerjakan 25 anggota selama bulan Ramadan,” ujarnya.
Kuliner berbuka kha Aceh milik Rosmalina buka mulai dari pukul 14.00 WIB. Rosmalina menuturkan bahwa bubur pedas yang menjadi primadona dalam menu usaha kuliner miliknya.
“Kami buka setelah selesai masak di Zuhur, jam 2 kami sudah di tempat. Sebelum azan Ashar Alhamdulillah bubur pedasnya sudah habis,” katanya.
Kuliner khas Aceh milik Rosmalina ini juga selalu ditunggu tiap tahun sebagai menu berbuka. Diantaranya ada Ridwan yang rutin membeli bubur pedas dan mie kocok khas Aceh.
Ridwan menuturkan bahwa ia rutin tiap tahun beli mie kocok dan bubur pedas, karena memang dua menu ini sangat terasa rempah-rempah khas Aceh.
“Kalau beli ini kita pasti tiap tahun. Rasanya ini berbeda dari tempat lain, selain itu emang jarang ada yang jual yang bener khas langsung dari Aceh. Jadi pasti beli tiap Ramadan. Ya kita berharap untuk bubur pedas dan menu lainnya, tetap pertahankan resep asli khas Aceh ini,” ujar Ridwan.
“Kalau beli ini kita pasti tiap tahun. Rasanya ini berbeda dari tempat lain, selain itu emang jarang ada yang jual yang bener khas langsung dari Aceh. Jadi pasti beli tiap Ramadan. Ya kita berharap untuk bubur pedas dan menu lainnya, tetap pertahankan resep asli khas Aceh ini,” ujar Ridwan.
• Pendagang Keluhkan Penjualan Pernak-pernik Lebaran Turun Drastis
Kuliner Ramadan khas Aceh ini juga turut jadi langganan Kadis Lingkungan Hidup, Syarief Armansyah Lubis. Ia menuturkan bahwa tiap tahun, panganan khas Aceh ini rutin ia beli saat Ramadan.
“Saya setiap tahunnya beli disini karena kebetulan saya tinggal di komplek Tasbih. Makanan yang paling enak disini adalah anyang dan kolaknya,” tuturnya.
Selama pandemi Covid-19 ini, Rosmalina mengatakan bahwa untuk mematuhi protokol kesehatan, ia menghimbau untuk selalu menjaga jarak.
“Insha Allah belum kelihatan dan saya selalu mengingatkan untuk jaga jarak. Saya juga buat untuk tempat berjarak. Pelanggan juga mengerti. Sejauh ini belum ada kelihatan pengurangan dari pelanggan karena juga ini setahun sekali, mungkin mereka menunggu momen bubur pedas ini,” tutur Rosmalina.
Tambahnya, Rosmalina juga telah menyediakan tempat cuci tangan untuk para pembeli untuk menjaga kebersihan.
“Dalam pandemi ini kami juga menjaga kebersihan seperti menyediakan tempat cuci tangan, jadi orang yang ingin dan setelah membeli wajib cuci tangan dan memakai masker,” pungkas Rosmalina